Panorama Negeriku

Panorama Negeriku
My country Indonesia

Selasa, 12 Agustus 2008

Tutup Lubang, Cari Lubang

Pagi tadi ada hal yang cukup unik saya jumpai. Sebuah kemacetan yang tak biasanya, terjadi pada jalan yang saya lewati. Uniknya, setelah ditelusuri, yang membuat macet ternyata adalah antrian sepeda motor. Panjang memang. Yang membuat unik adalah penyebab antrian dadakan tersebut.

Motor itu antri karena saling berusaha melewati satu jalan sempit-hanya cukup satu motor-untuk menyeberang tanpa harus berjalan memutar. Ini terjadi, karena jalan yang biasanya dilewati untuk memutar tiba-tiba ditutup permanen oleh barisan beton nan kokoh. Sisa lubang sempit itulah yang kemudian jadi solusi agar tetap bisa menyeberang tanpa harus memutar-yang, jika dilakukan, memakan jarak hampir satu kilo. Barangkali, demi alasan hemat waktu dan hemat BBM, akhirnya lubang sempit itu diperebutkan oleh sekian banyak motor.

Kejadian itu mengingatkan saya pada sebuah iklan bank asing beberapa waktu silam. Dalam iklan itu, bank tersebut-kalau tak salah-mengatakan bahwa orang Jakarta sangat pandai mencari jalan tikus. Jalan tikus ini sangat banyak manfaatnya. Selain menghindari kemacetan, menghindari razia polisi, hingga menghindari banjir.

Kejadian antrian motor karena ditutup jalannya untuk memutar membuat para pengendara sepeda motor langsung mencari alternatif pengganti jalan. Sama juga dengan jalan tikus yang selalu jadi andalan. Semua itu berujung pada satu kesimpulan saya, orang kita sudah terbiasa-jika dihalangi-segera mencari jalan lain. Jika lubang yang satu ditutup, akan segera cari lubang yang lain.

Intinya, dalam keterdesakan, dalam ketidaknyamanan, orang kita biasa untuk segera mencari solusi paling singkat untuk mengatasi hal tersebut. Sayang, memang solusinya kadang justru melahirkan masalah lain. Banyak yang cenderung memerhatikan kepentingannya sendiri, asal cepat, asal sampai, asal bisa, "lubang sempit" ke mana pun akan dicari.

Saya tidak ingin membicarakan kebiasaan, yang-menurut saya-baik, namun kadang kurang pas caranya ini. Yang ingin saya lihat dari kasus tadi adalah betapa orang kita sebenarnya tumbuh dalam ranah pikiran yang sangat kreatif. Satu masalah timbul, pasti segera bisa mencari solusi tercepatnya.

Ini pula yang seharusnya bisa dikembangkan dalam ranah kewirausahaan. Adanya masalah, adanya kegagalan, adanya halangan, dengan "akal-akalan"-yang positif tentunya-akan bisa menghasilkan solusi yang unik dan menarik. Ini mengingatkan saya pada seorang pengusaha katering besar di daerah Joglo Jakarta. Ia mengawali usahanya itu karena kondisi terdesak, alias ingin membantu menambah penghasilan suami. Saat itu, yang ia bisa hanya memasak. Lantas, dibuatlah pisang yang ia beri taburan gula halus dan sedikit penghias untuk mempermanis pisang goreng itu.

Kondisi "terdesak" itulah yang ternyata membuka jalannya menjadi pengusaha makanan dengan omset ratusan juta. Saya tak tahu darimana ide jualan pisang dengan taburan gula dan pemanis chery itu awalnya. Yang pasti, ide kreatif memang muncul kadang di saat kita mengalami keterdesakan. Ibu tadi menjadi gambaran bahwa karena "sebuah lubang tertutup", yakni ketika penghasilan dari suami dianggap kurang cukup, maka ia pun terdorong untuk bertindak kreatif dengan "mencari lubang" untuk menutup kekurangan itu. Sederhana sepertinya, tapi itu semua yang justru mengawali usahanya menggurita ke mana-mana.

Nah, jika Anda dan saya, mungkin termasuk orang yang suka mencari "jalan tikus"-seperti para pengendara sepeda motor dalam kisah di atas-sebenarnya akan sangat bermanfaat di dunia wirausaha. Caranya yakni dengan mengubah pola pikir. Arahkan pola pikir kita, bahwa hadirnya kesulitan-kecil dan besar-justru akan melahirkan inovasi-inovasi yang barangkali akan menjadikan Anda sukses luar biasa!

Ingin contoh lagi? Tengoklah di mana-mana kini bermunculan singkong keju. Singkong goreng yang tadinya dijual dengan harga sangat murah, dengan kreativitas tambahan rasa keju, per porsi bisa mencapai harga lima ribuan. Atau coba juga lihat becak-becak bekas di Jakarta. Daripada dibuang kini juga sudah menjelma jadi "pasar malam keliling" alias jadi komidi putar hingga tempat mandi bola. Bekas korek api yang tak habis terbakar, kini ada pula yang merangkainya jadi replika bangunan-bangunan indah berharga ratusan ribu. Pecahan-pecahan kaca siap buang, ada pula yang kemudian justru mampu meleburnya jadi aneka barang kerajinan. Sangat inovatif!

Banyak sekali hal remeh temeh yang tercipta akibat dampak dari usaha "mencari lubang" demi menyambung hidup, justru jadi barang andalan. Siapa tahu Anda juga bisa melakukannya? Jadi, cari "lubang" lain yuk...!

Tidak ada komentar: