Panorama Negeriku

Panorama Negeriku
My country Indonesia

Kamis, 28 Agustus 2014

Idan Imoet 2014


Idan lagi makan sama eyang kakung Jakarta



Idan lagi main sama om Akbar



Idan lagi mainan




Idan lagi mijitin eyang kakung jakarta








Rabu, 27 Agustus 2014

Umat Terbaik


''Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.'' (QS Ali-Imran: 110).

Para ulama menafsirkan ayat tersebut kepada satu kata yang membuat umat Islam ini dinobatkan sebagai umat terbaik dari keseluruhan umat, yaitu dakwah. Maksudnya, saling mengajak untuk sama taat kepada Allah SWT (yaitu melakukan amar ma'ruf nahi munkar, yang disertai keimanan kepada Allah SWT, red).

Sejauh mana umat Islam peduli kepada sesama manusia, terlebih kepada sesama Muslim, maka sejauh itu pula pertolongan Allah SWT akan datang kepadanya. Jika sebaliknya, maka umat Islam justru akan merasakan berbagai musibah dan bencana.

''Hendaklah kamu mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Jika tidak, maka Allah SWT akan menguasakan atasmu orang-orang paling jahat di antara kamu, kemudian orang-orang yang baik di antara kamu berdoa dan tidak dikabulkan (doa mereka).'' (HR Abu Dzar).

Suatu ketika Aisyah bertanya kepada Rasulullah SAW, ''Jika Allah menurunkan azab di muka bumi ini, apakah azab itu akan menimpa orang-orang yang salih juga, seperti orang yang bersalah ditimpa azab?''

Rasulullah SAW menjawab, ''Ya! Azab akan menimpa semua orang di dunia ini, tetapi pada hari kiamat orang yang salih akan dipisahkan dari orang yang bersalah.'' (Fadhail A'mal).

Inilah hakikat makna yang sesungguhnya dari pertalian persaudaraan sesama Muslim. Yakni, adanya rasa sedih bila melihat saudaranya belum mau menaati perintah Allah SWT, ada kerisauan yang mendalam akan kemurkaan Allah SWT kepada mereka.

Kemaksiatan, pada saat sekarang ini sudah menjadi pemandangan yang lazim di mana-mana. Padahal, kalau kita diam saja, dan bahkan tidak merasakan kesedihan dalam hati, sesungguhnya kita sedang mengundang bencana yang pedih kepada diri sendiri yang datangnya dari Zat Yang Maha Menguasai seluruh kehidupan ini, yaitu Allah SWT.

''Tidaklah seseorang melakukan perbuatan-perbuatan maksiat dan ia berada dalam suatu kaum, namun kaum itu tidak mencegahnya walaupun mereka mampu, melainkan Allah SWT akan menimpakan bencana yang pedih ke atas kaum itu sebelum mereka mati.'' (HR Abu Daud dan Ibnu Majah-Attarghib).

Maka sudah jelas bagi kita, inilah sumber berbagai musibah, bencana, dan malapetaka yang berturut-turut datang silih berganti di negeri ini. Yaitu, kelalaian kita yang terus-menerus justru berkubang dalam sikap egois, membangun ketidakpedulian kepada saudara-saudara kita yang masih berani menentang perintah Allah SWT.

Semoga Allah SWT memberi kekuatan untuk merajut kembali hakikat persaudaraan yang kian hari kian menipis di relung-relung kalbu umat ini, agar kita semua mendapat ridha Allah SWT.

(Arif Abi Naufal, Republika- Hikmah )

Belajar dari ketakutan

Bismillah .....
Kalimat itu yang selalu aku ucapkan saat melakukan sesuatu - walaupun terkadang sesekali lupa :) tentunya tanpa sengaja. Kali ini aku ingin menceritakan tentang pengalaman belajar yg menyenangkan dan cukup efektif bagiku. Sore itu aku tanpa sengaja melihat chanel TV yg memuat kisah tentang Islam KTP, kisahnya lucu, menggemaskan dan penuh hikmah. Ada adegan yg membuat aku langsung tersadar akan tabungan amalku. Saat itu ada seorang pencopet yg mencari Allah dan di akhir kehidupannya dia bisa tersenyum dengan lepas saat akan melakukan sholat dhuhur disebuah musholla.

Dari adegan itu aku mulai merasakan ketakutan akan siksa Allah yang teramat pedih. Aku sadar akan semua dosaku yang teramat banyak dan mungkin tak akan bisa ditulis walaupun air samudra menjadi tintanya. Aku hanya bisa terduduk lemas dalam sholatku, membayangkan bagaimana akhir kehidupanku. Dalam doaku aku menangis sejadi-jadinya berharap agar Allah berkenan memaafkanku, berkenan menuntunku dan selalu menjaga hatiku agar tak lepas dari-Nya. Aku yakin bahwa ajal tiap manusia pasti datang tanpa terkecuali aku dan semua itu sudah ditentukan.
Ketakutan itu semakin besar saat aku akan berangkat tidur, takut jika aku tak akan pernah bangun lagi.
Aku takut saat waktu itu tiba aku belum menyiapkan semuanya.
Aku takut saat waktu itu tiba nikmat keimanan ini diambil pemiliknya.
Aku takut saat waktu itu tiba aku belum berbuat banyak untuk ummat dan jalan dakwah ini.
Aku takut saat waktu itu tiba aku belum bisa membahagiakan orang tuaku
Aku takut saat waktu itu tiba aku belum bisa menyiapkan bekal untuk keluargaku
Begitu besar ketakutanku
Aku takut, aku takut, aku takut ya Allah .....
Walaupun sebenarnya aku rindu bertemu dengan Engkau
Aku ingin mengakhiri hidup ini dengan senyuman
Senyum keikhlasan karena telah menuntaskan semuanya secara maksimal

Aku sadar bahwa aku hanya seorang hamba yang penuh dengan dosa, aku hanya bisa meminta dalam doa dan terus berusaha tanpa putus asa. Semoga Allah mendengar doaku dalam setiap nafasku. Aku tak akan menyerah ..... aku akan berusaha semampuku untuk terus menjadi lebih baik, aku akan belajar mengesampingkan egoku. Aku yakin Allah akan selalu bersamaku dan dekat denganku selama aku terus mengingat-Nya dalam setiap desah nafasku. Aku berharap hidupku lebih berarti, lebih berwarna dan lebih ceria dari yang aku bayangkan. Dalam doaku ..... aku berharap Allah senantiasa merakhmatkan nikmat iman dalam hidupku. Amin

Selasa, 19 Agustus 2014

Tipisnya Batas Keikhlasan

Assalamu'alaikum

Hari ini aku memiliki kisah yang mungkin bisa kita ambil hikmahnya. Kisah tentang tipisnya batas keikhlasan.
Mmmm .... kita mulai dari mana ya ....?

Saat itu aku tanpa sengaja mencuri dengar sebuah pembicaraan (mendengarnya nggak sengaja lho ...) yang terjadi diantara temanku. Aku tak tau awal kisah atau asal muasal kisahnya tiba-tiba terlontar dari bibir salah satu temanku itu kalimat " Klo kejadiannya seperti ini aku jadi kecewa. Tau gitu nggak aku bantu. Sebenarnya dia untung lho ... klo nggak ada aku apa jadinya ?". Itulah sepenggal kalimat yang kemudia mengusik hatiku

Astaghfirullah .....
Bukankah dari awal dia sudah meniatkan untuk membantu saudaranya, kenapa sampai terlontar kalimat itu (Sangat disayangkan sekali ). Sesuatu yg diawali dengan niat yang baik akhirnya sia-sia karena kesombongan kita. Tanpa kita sadari sifat sombong itu keluar (Astahfirullah ). Bukankah itu semua sdh menjadi Takdir ? Adakah yang salah jika kita sdh berusaha tapi kita dihadapkan dengan kenyataan yg tdk kita inginkan ?

Aku yakin kedua temanku itu tanpa sengaja melontarkan kalimat tersebut (Semoga Allah mengampuni mereka atas ketidak sengajaan itu). Kita insan manusia tak pernah luput dari salah dan dosa, mari kita bersama berbenah diri agar menjadi insan yg lebih baik dari hari ke hari.


Hijab Pertamaku



Banyak yang bilang " Masa remaja masa paling indah " dan memang itu benar adanya. Melihat remaja yang lain sibuk menoreh masa remajanya dengan banyak aktivitas ( aktivitas yang menunjang akademiknya dan adapula yang mengisinya dengan kesia-siaan ).

Terkadang dengan melihat para remaja itu, angganku kembali ke kenangan masa SMA ku dulu saat aku pertama kali mengenakan hijab.
Keinginan mengenakan hijab sdh sejak lama terpendam dalam diriku, ingin melakukannya tapi terbentur ridho orangtua. Hijab seakan hanya sebuah mimpi yang tak mungkin aku raih tanpa keberanian dan keteguhan iman.

Saat aku selesai melakukan sholat sunnah di masjid, aku didatangi temanku yang baru saja berhijab sebut saja namanya "Purwowati". Dia bertanya kepadaku " Elly, apa masih ada rok abu-abu sumbangan kakak kelas yang longgar, bawahanku ini terlalu pendek dan sempit ? ". Aku menjawab " coba aku cari dulu ya pur " Setelah aku cari di almari ternyata tidak ada, aku menghampiri purwowati sambil berkata " Insya Allah aku carikan ya Pur, semoga besok sudah ada ". Dengan wajah sedikit kecewa dia meninggalkan masjid.

Ya Allah .....
Apa yang bisa aku lakukan agar purwowati bisa berhijab dengan baik ?
Saat otakku berputar tiba-tiba mata ini tertuju ke sebuah topi yang dikenakan temanku, dengan PD-nya aku meminjam topinya.
Apakah kalian tau apayang aku lakukan ?
Aku keliling meminta sumbangan ke teman-teman bahkan para guru. Alhamdulillah dana yang terkumpul cukup untuk membeli bawahan abu-abu. Jujur, saat aku melakukan itu semua seakan urat maluku tercabut, aku tak merasa risih ataupun malu karena yang ada dalam pikiranku saat itu hanya temanku.

Siang itu aku mulai menghitung uang yang sdh terkumpul, Alhamdulillah .... uang yang aku peroleh hanya 2/3 dari harga rok abu-abu tersebut. Sambil tertunduk lemas, aku mencoba berfikir tetang 1/3 sisa kekurangannya. Tiba - tiba kakak kelasku yang bernama mbak Ros menepuk pundakku sambil berkata " Sini aku yang beli roknya dek, klo uangnya masih kurang biar mbak yang menutupi kekurangannya. Apa yang kamu lakukan sdh cukup bagus."
Ya Allah .....
Akhirnya aku bisa tersenyum dengan lega

Keesokan harinya mbak ros langsung menyerahkan rok tersebut kepadaku agar aku bisa memberikannya ke temanku Purwowati. Bergegas aku menuju kelasnya sambil membayangkan dia tersenyum bahagia. Saat aku menemuinya dan menyerahkan rok abu-abu itu, dia mengatakan " elly, sorry ya .... aku sdh dikasih tetanggaku. Ini disimpan saja dilemari masjid, siapa tau ada yang membutuhkan ". Mendengar jawabannya aku berusaha bersikap biasa padahal dalam hatiku sedih.
Ya Allah .... kenapa aku terlambat ......

Sambil tetap membawa bungkusan rok tersebut, aku langsung menuju masjid untuk melakukan sholat Dhuha sekaligus menyerahkan rak itu ke masjid.
Mbak Ros yang kebetulan ada dimasjid lalu menghampiri aku. " Dek Elly, kenapa roknya dikembalikan ? Rok itu buat kamu saja, bukankah kamu juga ingin berhijab ?"
Sambil mengangguk aku berkata " Tapi orang tua aku nggak mengijinkan mbak ?"
Dengan senyumnya yang lembut dia kembali menenangkanku " Bismillah saja dek "

Bismillah .....
Satu minggu kemudian aku memutuskan berhijab. Berbekal kerudung pemberian mbak lina (tetanggaku) dan baju pramuka pemberian kakak temanku (Wahib).
Aku berusaha agar keluargaku tak ada yang tau klo aku berhijab. Berangkat sekolah saat ayah sdh berangkat kerja dan ibu masih didalam kamar mandi. Pulangnya juga begitu, aku lewat pintu belakang terus langsung ke kamar mandi untuk ganti baju. Sebisa mungkin aku tidak keluar rumah karena klo keluar rumah tentunya hijabku harus aku kenakan.

Satu minggu berlalu tanpa ada yang tau, minggu ke-2 aku mulai diuji, ayah dan ibuku tau klo selama ini aku sudah berhijab. Selama 2 bulan aku dimarahi oleh orang tua aku, mereka berharap aku melepas hijabku. Saat itu aku hanya bisa bersabar, diam dan tetap mempertahankan hijabku. Aku sering larut dalam doa-doaku, berharap Allah kembali membantu aku. Setelah 2 tahun aku berhijab barulah orang tua aku bisa menerima keputusanku.

Ya Allah .....
Begitu indah rencana-MU

Andai Saja Kau Tau ....



Semangat pagi ....
Pagi ini aku kembali belajar mengambil hikmah dalam hidupku tentang arti persaudaraan. Siapa saja saudara kita ???
Seseorang yang lahir dari rahim yg sama dg kita = saudara kandung
Seseorang yang lahir dari rahim yg berbeda tapi 1 susuan = saudara sesusuan
Seseorang yang dibawa oleh orang tua tiri kita = saudara tiri
Seseorang yang memiliki iman yang sama = saudara seiman
dll ........

Begitu banyak alasan untuk memiliki banyak saudara
Saudara yang baik adalah saudara yang mau mengerti dan memahami saudara yang lain. Saudara yang baik adalah saudara yang mau berbagi baik suka maupun duka. Saudara yang baik adalah saudara yang menjaga kehormatan saudara yang lainnya. Saudara yang baik adalah ....................(anda bisa menulisnya sendiri)
Saya yakin kita semua punya gambaran tersendiri tentang saudara yang baik karena tak akan cukup halaman ini menggambarkan tentang saudara yg baik, tdk akan perbah cukup.

Terkadang seseorang mencari begitu banyak alasan untuk memutuskan hubungan persaudaraan, kenapa ????
Ada sebuah kisah yang mungkin bisa membuat kita sadar arti sebuah saudara.

Disebuah negeri hiduplah seorang wanita bersama suami, anak dan saudara laki-lakinya. Suatu hari suami, anak dan saudara laki-laki wanita tersebut ditangkap oleh pihak kerajaan dan akan dijatuhi hukuman mati. Begitu sedihnya wanita tersebut hingga dia memohon kepada pihak kerajaan agar membebaskan keluarganya.

Karena rasa ibah sang raja maka sang raja memberikan 1 pilihan. Sang wanita tersebut diminta untuk memilih salah satu dari 3 keluarganya ( suami, anak atau saudara laki-lakinya)untuk diselamatkan. Dengan berat hati wanita tersebut memutuskan untuk membebaskan saudara laki-lakinya. Sang raja terkejut atas pilihan wanita tersebut.Ditanyalah wanita tersebut oleh raja atas jawaban yang diambilnya " Wahai fulannah, kenapa kau ingin membebaskan saudara laki-lakimu ? apakah kau tak sayang kepada suami dan anakmu ?
Wanita tersebut menjawab " Wahai baginda raja, jika saya boleh meminta maka saya meminta semua anggota keluarga saya dibebaskan. Jika paduka raja bertanya apakah saya sayang terhadap mereka, tentunya saya sangat menyayangi dan mencintai mereka. Tapi karena baginda raja meminta saya memilih 1 dari 3 keluarga saya maka saya memilih saudara laki-laki saya karena jika suami dan anak saya meninggal, saya masih bisa menikah lagi dan memiliki anak dari suami saya yang berikutnya. Tapi jika saudara kandung saya meninggal, tak mungkin saya memiliki saudara kandung lagi karena orang tua kami sdh tua rentah."

Mendengar jawaban wanita tersebut akhirnya sang raja membebaskan semua anggota keluarganya

Mungkin dari kisah ini kita akan tau arti sebuah persaudaraan, jangan pernah kita memutuskan tali silaturrahim dengan saudara kita karena hal tersebut sangat dibenci Allah SWT.

Anda engkau tau .... sebenarnya saudara kita sangat menyayangi kita tapi terkadang mereka tidak tau cara mengekspresikannya.

Andai saja kau tau ......