Panorama Negeriku

Panorama Negeriku
My country Indonesia

Senin, 21 Januari 2008

Perjalananku

Pagi ini aku kembali menjalani rutinitasku setelah 2 hari penuh berkumpul dengan keluargaku. Duh .... senangnya, melihat keponakanku yg semakin pandai membaca dan semakin bertambah kejailannya.

Pagi ini aku langsung mengarahkan sepedaku menuju kantor kakakku, biasa .... aktivitas rutin. Ditengah perjalanan, pandanganku tertuju pada seorang laki-laki tua yg sedang menjual koran diperempatan lampu merah panjangjiwo. Saat itu yang terlintas dalam pikiranku hanya rasa ibah. Begitu berat perjuanagn mereka untuk tetap bertahan hidup ditengah kebisingan dan hiruk pikuk kota besar. Ingin rasanya sejenak berbincang dengan mereka, mengenal mereka lebih dekat dan berusaha memahami mereka tapi lamunanku dibuyarkan oleh bunyi klakson mobil belakang yg menunggu aku.

Saat aku berlalu dari jalan itu, aku kembali berfikir ..... sampai kapan aku akan seperti ini ? Apakah hidupku hanya untuk bekerja,bekerja , dan bekerja guna menghidupi kebutuhan dapurku .... apakah kehidupan ini kekal .....? Hingga aku melalaikan bekalku untuk perjalanan panjangku. Bodohnya aku jika aku menyia-nyiakan semua kenikmatan yang telah diberikan kepadaku, kembali lagi aku terhenti..... tapi bukan karena lampu merah tapi karena ada SMS masuk.

"Kecantikan utama bukanlah wajah yang cantik, pakaian yang bagus. Akhlak yang baik yang bersumber pada iman yang kokoh adalah lebih utama dunia akhirat. Selamat mengisi hari ini dengan beramal sholih." begitu bunyi SMS yang aku terima dari Murabbiku.

SMS itu cukup menyemangatiku untuk terus memperbaiki diri menjadi lebih baik dari hari ke hari (Terima kasih Ummi .....jangan bosen-bosen ngingetin aku ya ...). Semoga Allah masih memberi aku kesempatan untuk memperbaiki diri dan memberi aku kesempatan untuk mengenal sisi lain kehidupan saudaraku dijalanan.

Ya Allah ... jadikan aku seorang hamba yang pandai bersyukur atas karunia-Mu ...

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Jarang orang merumuskan tujuan hidupnya. Merumuskan apa yang dicari dalam hidupnya, apakah hidup¬nya untuk makan atau makan untuk hidup. Banyak orang sekedar menjalani hidupnya, mengikuti arus kehidupan, terkadang berani melawan arus, dan menyesuaikan diri, tetapi apa yang dicari dalam melawan arus, menyesuaikan diri dengan arus atau dalam pasrah total kepada arus, tidak pernah dirumuskan secara serius. Ada orang yang sepanjang hidupnya bekerja keras mengumpulkan uang, tetapi untuk apa uang itu dan mau ditasarufkan kemana baru dipikirkan setelah uang terkumpul, bukan dirumuskan ketika memutuskan untuk mengumpulkannya. Ada yang ketika mengeluarkan uang tidak sempat merumuskan tujuannya, sehingga hartanya terhambur-hambur tanpa arti. Ini adalah model orang yang hidup tidak punya konsep hidup. (aby_ufi_ishbar)